BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 26 Maret 2010

Catu daya

Penyearah Setengah Gelombang
Dioda semikonduktor banyak digunakan sebagai penyearah.
Penyearah yang paling sederhana adalah penyearah setengah
gelombang, yaitu yang terdiri dari sebuah dioda. Melihat dari
namanya, maka hanya setengah gelombang saja yang akan
disearahkan. Gambar 28 menunjukkan rangkaian penyearah
setengah gelombang.
Rangkaian penyearah setengah gelombang mendapat masukan
dari skunder trafo yang berupa sinyal ac berbentuk sinus, Vi =
Vm Sin wt (Gambar 28 (b)). Dari persamaan tersebut, Vm
merupakan tegangan puncak atau tegangan maksimum. Harga
Vm ini hanya bisa diukur dengan CRO yakni dengan melihat
langsung pada gelombangnya. Sedangkan pada umumnya
harga yang tercantum pada skunder trafo adalah tegangan
efektif. Hubungan antara tegangan puncap Vm dengan
tegangan efektif (Veff) atau tegangan rms (Vrms) adalah:
Vm
Veff = Vrms = ¾¾¾ = 0.707 Vm
Ö 2

Tegangan (arus) efektif atau rms (root-mean-square) adalah
tegangan (arus) yang terukur oleh voltmeter (amper-meter).
Karena harga Vm pada umumnya jauh lebih besar dari pada Vg
(tegangan cut-in dioda), maka pada pembahasan penyearah ini
Vg diabaikan.
Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah bahwa
pada saat sinyal input berupa siklus positip maka dioda
mendapat bias maju sehingga arus (i) mengalir ke beban (RL),
dan sebaliknya bila sinyal input
berupa siklus negatip maka dioda mendapat bias mundur
sehingga tidak mengalir arus. Bentuk gelombang tegangan
input (vi) ditunjukkan pada (b) dan arus beban (i) pada (c) dari

vi i RL
vd
masukan
sinyal ac

dimana:
Resistansi dioda pada saat ON (mendapat bias maju) adalah Rf,
yang umumnya nilainya lebih kecil dari RL. Pada saat dioda
OFF (mendapat bias mundur) resistansinya besar sekali atau
dalam pembahasan ini dianggap tidak terhingga, sehingga arus
dioda tidak mengalir atau i = 0.
Arus yang mengalir ke beban (i) terlihat pada Gambar (c)
bentuknya sudah searah (satu arah) yaitu positip semua.
Apabila arah dioda dibalik, maka arus yang mengalir adalah
negatip. Frekuensi sinyal keluaran dari penyearah setengah
gelombang ini adalah sama dengan frekuensi input (dari jalajala
listrik) yaitu 50 Hz. Karena jarak dari puncak satu ke
puncak berikutnya adalah sama.
Bila diperhatikan meskipun sinyal keluaran masih berbentuk
gelombang, namun arah gelombangnya adalah sama, yaitu
positip (Gambar c). Berarti harga rata-ratanya tidak lagi nol
seperti halnya arus bolak-balik, namun ada suatu harga
tertentu. Arus rata-rata ini (Idc) secara matematis bisa
dinyatakan:
Vm
Im = ¾¾¾¾
Rf + RL
i = Im Sin wt ,jika 0 £ wt £ p (siklus positip)
i = 0 ,jika p £ wt £ 2p (siklus negatip)
Untuk penyearah setengah gelombang diperoleh:
Tegangan keluaran dc yang berupa turun tegangan dc pada
beban adalah:
Vdc = Idc.RL
Apabila harga Rf jauh lebih kecil dari RL, yang berarti Rf bisa
diabaikan, maka:
Vm = Im.RL
Sehingga:
Apabila penyearah bekerja pada tegangan Vm yang kecil, untuk
memperoleh hasil yang lebih teliti, maka tegangan cut-in dioda
(Vg) perlu dipertimbangkan
Dalam perencanaan rangkaian penyearah yang juga penting
untuk diketahui adalah berapa tegangan maksimum yang boleh
diberikan pada dioda. Tegangan maksimum yang harus ditahan
oleh dioda ini sering disebut dengan istilah PIV (peak-inverse
voltage) atau tegangan puncak balik. Hal ini karena pada saat
dioda mendapat bias mundur (balik) maka tidak arus yang
mengalir dan semua tegangan dari skunder trafo berada pada
dioda. Bentuk gelombang dari sinyal pada dioda dapat dilihat
pada Gambar 29. PIV untuk penyearah setengah gelombang ini
adalah:
PIV =Vm
Bentuk gelombang sinyal pada dioda seperti Gambar 28 dengan
anggapan bahwa Rf dioda diabaikan, karena nilainya kecil
sekali dibanding RL. Sehingga pada saat siklus positip dimana
dioda sedang ON (mendapat bias maju), terlihat turun
tegangannya adalah nol. Sedangkan saat siklus negatip, dioda
sedang OFF (mendapat bias mundur) sehingga tegangan
puncak dari skunder trafo (Vm) semuanya berada pada dioda.
Penyearah Gelombang Penuh Dengan Trafo CT
Rangkaian penyearah gelombang penuh ada dua macam, yaitu
dengan menggunakan trafo CT (center-tap = tap tengah) dan
dengan sistem jembatan. Gambar 30 menunjukkan rangkaian
penyearah gelombang penuh dengan menggunakan trafo CT.
Terminal skunder dari Trafo CT mengeluarkan dua buah
tegangan keluaran yang sama tetapi fasanya berlawanan
dengan titik CT sebagai titik tengahnya. Kedua keluaran ini
masing-masing dihubungkan ke D1 dan D2, sehingga saat D1
mendapat sinyal siklus positip maka D1 mendapat sinyal siklus
negatip, dan sebaliknya. Dengan demikian D1 dan D2 hidupnya
bergantian. Namun karena arus i1 dan i2 melewati tahanan
beban (RL) dengan arah yang sama, maka iL menjadi satu arah

Terlihat dengan jelas bahwa rangkaian penyearah gelombang
penuh ini merupakan gabungan dua buah penyearah setengah
gelombang yang hidupnya bergantian setiap setengah siklus.
Sehingga arus maupun tegangan rata-ratanya adalah dua kali
dari penyearah setengah gelombang. Dengan cara penurunan
yang sama, maka diperoleh:
dan
Apabila harga Rf jauh lebih kecil dari RL, maka Rf bisa
diabaikan, sehingga:
Apabila penyearah bekerja pada tegangan Vm yang kecil, untuk
memperoleh hasil yang lebih teliti, maka tegangan cut-in dioda
(Vg) perlu dipertimbangkan, yaitu:0
Tegangan puncak inverse yang dirasakan oleh dioda adalah
sebesar 2Vm. Misalnya pada saat siklus positip, dimana D1
2Im
Idc = ¾¾¾¾ @ 0.636 Im
p
2Im.RL
Vdc = Idc.RL = ¾¾¾¾
Vdc 2Vm 0.636 Vm
Vdc =0.636 (Vm-Vg)

sedang hidup (ON) dan D2 sedang mati (OFF), maka jumlah
tegangan yang berada pada dioda D2 yang sedang OFF
tersebut adalah dua kali dari tegangan sekunder trafo.
Sehingga PIV untuk masing-masing dioda dalam rangkaian
penyearah dengan trafo CT adalah:
Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan
Penyearah gelombang penuh dengan sistem jembatan ini bisa
menggunakan sembarang trafo baik yang CT maupun yang
biasa, atau bahkan bisa juga tanpa menggunakan trafo.
rangkaian dasarnya adalah seperti pada Gambar 30.
PIV =2 Vm

Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh sistem
jembatan dapat dijelaskan melalui Gambar 30. Pada saat
rangkaian jembatan mendapatkan bagian positip dari siklus
sinyal ac, maka (Gambar 30 b) :
- D1 dan D3 hidup (ON), karena mendapat bias maju
- D2 dan D4 mati (OFF), karena mendapat bias mundur
Sehingga arus i1 mengalir melalui D1, RL, dan D3.
Sedangkan apabila jembatan memperoleh bagian siklus negatip,
maka (Gambar 30 c):
- D2 dan D4 hidup (ON), karena mendapat bias maju
- D1 dan D3 mati (OFF), karena mendapat bias mundur
Sehingga arus i2 mengalir melalui D2, RL, dan D4.
Arah arus i1 dan i2 yang melewati RL sebagaimana terlihat
pada Gambar 30b dan c adalah sama, yaitu dari ujung atas RL
menuju ground. Dengan demikian arus yang mengalir ke
beban (iL) merupakan penjumlahan dari dua arus i1 dan i2,
dengan menempati paruh waktu masing-masing.
Besarnya arus rata-rata pada beban adalah sama seperti
penyearah gelombang penuh dengan trafo CT, yaitu: Idc =
2Im/p = 0.636 Im. Untuk harga Vdc dengan
memperhitungkan harga Vg adalah:
Harga 2Vg ini diperoleh karena pada setiap siklus terdapat dua
buah dioda yang berhubungan secara seri.
Disamping harga 2Vg ini, perbedaan lainnya dibanding dengan
trafo CT adalah harga PIV. Pada penyearah gelombang penuh
dengan sistem jembatan ini PIV masing-masing dioda adalah:
PIV = Vm
Vdc = 0.636 (Vm - 2Vg)

TRNSISTOR

TRANSISTOR
Transistor merupakan peralatan yang mempunyai 3 lapis N-P-N
atau P-N-P. Dalam rentang operasi, arus kolektor IC merupakan
fungsi dari arus basis IB. Perubahan pada arus basis IB
memberikan perubahan yang diperkuat pada arus kolektor
untuk tegangan emitor-kolektor VCE yang diberikan.
Perbandingan kedua arus ini dalam orde 15 sampai 100.
kT
VT = ¾¾
q
51
Simbol untuk transistor dapat dilihat pada Gambar 21a dan
Gambar 21b. berikut ini. Sedangkan karakteristik transistor
dapat digambarkan seperti 22.
Salah satu cara pemberian tegangan kerja dari transistor dapat
dilakukan seperti pada Gambar 23. Jika digunakan untuk jenis
NPN, maka tegangan Vcc-nya positif, sedangkan untuk jenis
PNP tegangannya negatif.
Gambar 23. Rangkaian Transistor
Arus Ib (misalnya Ib1) yang diberikan dengan mengatur Vb akan
memberikan titik kerja pada transistor. Pada saat itu transistor
akan menghasilkan arus collector (Ic) sebesar Ic dan tegangan
Vce sebesar Vce1. Titik Q (titik kerja transistor) dapat diperoleh
dari persamaan sebagai berikut :
Persamaan garis beban = Y = Vce = Vcc – Ic x RL
Jadi untuk Ic = 0, maka Vce = Vcc dan
untuk Vce = 0, maka diperoleh Ic = Vcc/RL
Apabila harga-harga untuk Ic dan Ice sudah diperoleh,
maka dengan menggunakan karakteristik transistor yang
bersangkutan, akan diperoleh titik kerja transistor atau titik
Q.
Pada umumnya transistor berfungsi sebagai suatu switching
(kontak on-off). Adapun kerja transistor yang berfungsi sebagai
switching ini, selalu berada pada daerah jenuh (saturasi) dan
daerah cut off (bagian yang diarsir pada Gambar 21). Transistor
dapat bekerja pada daerah jenuh dan daerah cut off-nya,
dengan cara melakukan pengaturan tegangan Vb dan rangkaian
pada basisnya (tahanan Rb) dan juga tahanan bebannya (RL).
Untuk mendapatkan on-off yang bergantian dengan periode
tertentu, dapat dilakukan dengan memberikan tegangan Vb yang
berupa pulsa, seperti pada Gambar 24.
Gambar 24. Pulsa Trigger dan Tegangan Output Vce
Apabila Vb = 0, maka transistor off (cut off), sedangkan
apabila Vb=V1 dan dengan mengatur Rb dan R1 sedemikian
rupa, sehingga menghasilkan arus Ib yang akan menyebabkan
transistor dalam keadaan jenuh. Pada keadaan ini Vce adalah
kira-kira sama dengan nol (Vsat = 0.2 volt). Bentuk output Vce
yang terjadi pada Gambar 23. Apabila dijelaskan adalah sebagai
berikut (lihat Gambar 22 dan Gambar 23) :
Pada kondisi Vb = 0, harga Ic = 0, dan berdasarkan persamaan
loop :

Vcc+ IcR1 + Vce= 0, dihasilkan Vce= +Vcc
Pada kondisi Vb = V1, harga Vce= 0 dan Iv = I saturasi
Untuk mendapatkan arus Ic, (I saturasi) yang cukup besar pada
rangkaian switching ini, umumnya RL didisain sedemikian rupa
sehingga RL mempunyai tahanan yang kecil.

Sifat dan macam bahan Penghantar dan Isolator

Sifat dan Macam Bahan Penghantar dan Isolator
a. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar sifat dan macam
penghantar dan isolator siswa mampu memilah dan memilih
jenis penghantar sesuai dengan fungsi dan kegunaanya dengan
tepat.
b. Uraian Materi 3
Dalam teknik listrik maupun elektronika, khususnya pada
pelajaran praktek, mempelajari dan memahami bermacammacam
bahan dan sifat-sifatnya merupakan hal yang sangat
penting. Dalam memilih bahan sebagai peyekat atau
penghantar, perlu digunakan sesuai dengan penggunaanya dan
mempertimbangkan beberapa aspek penting. Selain sifat
bahan, juga mempunyai beberapa bentuk, seperti bahan padat,
cair dan gas. Ada juga bahan yang memiliki ketiga bentuk
tersebut, pada temperatur tertentu. Pada pembahasan kali ini
kita akan membahas tentang bahan penghantar (konduktor),
isolator dan semikonduktor.
1) Sifat Bahan Konduktor
Yang termasuk bahan-bahan penghantar adalah bahan yang
memiliki banyak elektron bebas pada kulit terluar orbit.
Elektron bebas ini akan sangat berpengaruh pada sifat bahan
tersebut. Jika suatu bahan listrik memiliki banyak elektron
bebas pada orbit-orbit elektron, bahan ini memiliki sifat sebagai
penhantar listrik.
Bahan penghantar memiliki sifat-sifat penting, yaitu :
a) Daya Hantar Listrik
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar selalu
mengalami hambatan dari penghantar itu sendiri. Besar
36
hambatan tersebut tergantung dari bahannya. Besar
hambatan tiap meternya dengan luas penampang 1mm2
pada temperatur200C dinamakan hambatan jenis. Besarnya
hambatan jenis suatu bahan dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
= l A
R p
, dimana :................. (4)
R : Hambatan dalam penghantar, satuanya ohm (􀆻)
p : hambatan jenis bahan, dalam satuan ohm.mm2/m
l : panjang penghantar, satuannya meter (m)
A : luas penampang kawat penghantar, satuanya mm2
Persamaan untuk daya hantar listrik ni adalah :
lp
= dalam satuan S.m/mm2 ........... (5)
b) Koefisien Temperatur Hambatan
Telah kita ketahui bahwa dalam suatu bahan akan
mengalami perubahan volume bila terjadi perubahan
temperatur. Bahan akan memuai jika temperatur suhu naik
dan akan menyusut jika temperatur suhu turun. Besarnya
perubahan hambatan akibat perubahan suhu dapat
diketahui dengan persamaan ;
R = R0 { 1 + 􀄮 (t – t0)}, dimana : (6)
R : besar hambatan setelah terjadinya perubahan suhu
R0 :besar hambatan awal, sebelum terjadinya perubahan
suhu.
T : temperatur suhu akhir, dalam 0C
t0 : temperatur suhu awal, dalam 0C
􀄮 : koefisien temperatur tahanan
c) Daya Hantar Panas
Daya hantar panas menunjukkan jumlah panas yang melalui
lapisan bahan tiap satuan waktu. Diperhitungkan dalam
37
satuan Kkal/jam 0C. Terutama diperhitungkan dalam
pemakaian mesin listrik beserta perlengkapanya. Pada
umumnya logam mempunyai daya hantar panas yang tinggi.
d) Daya Tegangan Tarik
Sifat mekanis bahan sangat penting, terutama untuk
hantaran diatas tanah. Oleh sebab itu, bahan yang dipakai
untuk keperluan tersebut harus diketahui kekuatanya.
Terutama menyangkut penggunaan dalam pedistribusian
tegangan tinggi.
e) Timbulnya daya Elektro-motoris Termo
Sifat ini sangat penting sekali terhadap dua titik kontak
yang terbuat dari dua bahan logam yang berlainan jenis,
karena dalam suatu rangkaian, arus akan menimbulkan daya
elektro-motoris termo tersendiri bila terjadi perubahan
temperatur suhu.
Daya elektro-motoris termo dapat terjadi lebih tinggi,
sehingga dalam pengaturan arus dan tegangan dapat
menyimpang meskipun sangat kecil. Besarnya perbedaan
tegangan yang dibangkitkan tergantung pada sifat-sifat
kedua bahan yang digunakan dan sebanding dengan
perbedaan temperaturnya. Daya elektro-motoris yang
dibangkitkan oleh perbedaan temperatur disebut dengan
daya elektro-motoris termo.
Dari sekian banyak logam yang digunakan dalam teknik
listrik dan elektronika, antara lain :alumunium, tembaga,
seng, timah dan sebagainya. Adapun sifat-sifat logam
seperti yang disebutkan diatas adalah sebagai berikut :
4. Sifat aluminium (Al)
Berikut adalah sifat penting bahan logam aluminium
(Al) adalah
38
· Dapat ditempa dalam keadaan dingin
· Tidak tahan terhadap garam dapur atau laut
· Warna silver atau perak
· Titik didih = 18000C
· Rho (􀇏) = 0,0278
· Alpha (􀄮) = 0,0047
5. Sifat tembaga (Cu)
Beberapa sifat penting dari logam tembaga :
· Dapat disepuh dan berkarat bila terkena CO2
· Warna merah sedikit mengkilap
· Titik didih = 22360C - 23400C
· Rho (􀇏) = 0,017
· Alpha (􀄮) = 0,0043
6. Sifat seng (Zn)
Beberapa sifat penting yang dimiliki oleh bahan logam
seng adalah :
· Dapat ditempa dalam keadaan dingin
· Tidak tahan terhadap garam dan asam garam
· Warna putih kebiru-biruan
· Titik didih = 9070C
· Rho (􀇏) = 0,0043
· Alpha (􀄮) = 0,006
7. Sifat timah (Sn)
Beberapa sifat penting yang dimiliki oleh bahan timah
adalah :
· Warna jernih mengkilap
· Titik didih = 23600C
· Rho (􀇏) = 0,0043
· Alpha (􀄮) = 0,12
Selain bahan logam yang telah disebutkan diatas, ada juga
bahan logam yang lain yang tergolong sebagai bahan
39
konduktor/ penghantar pada jenis logam mulia, seperti :perak,
emas dan platina. Bahan logam ini dinamakan logam mulia
karena bahan ini memiliki jumlah elektron valensi yang lengkap,
sehingga sangat sulit untuk mengadakan reaksi lain.
Bahan padat lain yang dipakai untuk penghantar adalah
wolfram yang digunakan untuk filamen katoda pada tabung
elektron, lamu-lampu pijar, dan alat pemanas dengan
temperatur yang tinggi.
Dwilogam atau yang sering disebut dengan bimetal adalah dua
jenis logam yang disambung menjadi satu. Pemakaian dalam
bidang kelistrikan sangat luas, misal ; kontak pengatur,
regulator. Digunakan untuk menjaga agar temperatur panas
selalu konstan. Bimetal ini dipasang didalam pemanas dan
fungsinya memutus rangkaian bila temperaturnya meningkat
dan akan menyambung kembali rangkaian bila temperaturnya
turun.
2) Sifat Bahan Isolator
Bahan yang disebut sebagai bahan isolator adalah bahan
dielektrik, ini disebabkan jumlah elektron yang terikat oleh
gaya tarik inti sangat kuat. Elektro-elektronya sulit untuk
bergerak atau bahkan tidak sangat sulit berpindah, walaupun
telah terkena dorongan dari luar. Bahan isolator sering
digunakan untuk bahan penyekat (dielektrik). Pentyekat listrik
terutama dimaksudkan agar listrik tidak dapat mengalir jika
pada bahan penyekat tersebut diberi tegangan listrik. Untuk
dapat memenuhi persyaratan tersebut, diperlukan jenis bahan
yang sesuai. Selain syarat tersebut juga diperlukan syarat yang
lain yang dipertimbangkan untuk memenuhi pemakaianya,
antaralain :
40
a) Sifat Kelistrikan
Bahan penyekat mempunyai tahanan listrik yang besar.
Penyekat listrik ditujukan untuk mencegah terjadinya
kebocoran arus listrik antara kedua penghantar yang
berbeda potensial atau untuk mencegah loncatan listrik
ketanah. Kebocoran arus listrik harus dibatasi sekecilkecilnya
(tidak melampui batas yang telah ditentukan oleh
peraturan yang berlaku).
b) Sifat Mekanis
Mengingat luasnya pemakaiannya pemakaian bahan
penyekat, maka dipertimbangkan kekuatan struktur
bahannya. Dengan demikian, dapat dibatasi hal-hal
penyebab kerusakan dikarenakan kesalahan pemakaiannya.
Misal diperlukan bahan yang tahan tarikan, maka kita harus
menggunakan bahan dari kain daripada kertas. Bahan kain
lebih kuat terhadap tarikan daripada bahan kertas.
c) Sifat Termis
Panas yang ditimbulkan dari dalam oleh arus listrik atau
oleh arus gaya magnet, berpengaruh terhadap kekuatan
bahan penyekat. Deemikian panas yang berasal dari luar
(alam sekitar). Dalam hal ini, kalau panas yang ditimbulkan
cukup tinggi, maka penyekat yang digunakan harus tepat.
Adanya panas juga harus dipertimbangkan, agar tidak
merusak bahan penyekat yang digunakan.
d) Sifat Kimia
Panas yang tinggi yang diterima oleh bahan penyekat dapat
mengakibatkan perubahan susunan kimia bahan. Demikian
juga pengaruh adanya kelembaban udara, basah yang ada
di sekitar bahan penyekat. Jika kelembaban tidak dapat
dihindari, haruslah dipilih bahan penyekat yang tahan
terhadap air. Demikian juga adanya zat-zat lain dapat
merusak struktur kimia bahan.
41
Mengingat adanya bermacam-macam asal, sifat dan ciri
bahan penyekat, maka untuk memudahkan kita dalam
memilih untuk aplikasi dalam kelistrikan, kita akan membagi
bahan penyekat berdasar kelompoknya. Pembagian
kelompok bahan penyekat adalah sebagai berikut :
i) Bahan tambang (batu pualam, asbes, mika, dan
sebagainya)
ii) Bahan berserat (benang, kain, kertas, prespon, kayu,
dan sebagainya)
iii) Gelas dan keramik
iv) Plastik
v) Karet, bakelit, ebonit, dan sebagainya
vi) Bahan yang dipadatkan.
Penyekat bentuk cair yang penting dan banyak digunakan
adalah minyak transformator dan macam-macam hasil
minyak bumi. Sedang penyekat bentuk gas adalah nitrogen
dan karbondioksida (CO2).
Penggunaan bahan isolator selain sebagai bahan penyekat
adalah sebagai bahan tahanan (resistor). Bahan tahanan
yang umunya dipakai merupakan paduan/ campuran logamlogam
terdiri dari dua atau lebih unsur bahan campuran.
Pemakaian bahan tahanan dalam kelistrikan, antara lain :
i) Untuk pembuatan kotak tahanan standart dan shunt
ii) Untuk tahanan dan rheostats
iii) Untuk unsur pemanas, kompor listrik dan sebagainya.
Sesuai dengan penggunaanya bahan tahanan haruslah
memiliki tahanan jenis yang tinggi, koefisien temperatur
yang tinggi, dan memiliki daya elektro-motoris termo yang
kecil. Pada penggunaan yang membutuhkan daya tahan
panas tinggi, bahan tahanan harus dipilih yang memiliki titik
cair yang tinggi, selain itu bahan tahanan pada keadaan
42
panas yang tinggi tudak mudak dioksidir sehingga menjadi
berkarat.

induktor

Induktor
Induktor adalah komponen listrik yang digunakan sebagai
beban induktif. Simbol induktor seperti pada gambar di bawah

Kapasitas induktor dinyatakan dalam satuan H (Henry) =
1000mH (mili Henry). Kapasitas induktor diberi lambang L,
sedangkan reaktansi induktif diberi lambang XL.
XL = 2 p . f . L (ohm). ……………........................ (1)
dimana : XL = reaktansi induktif (W)
p = 3,14
f = frekuensi (Hz)
L = kapasitas induktor (Henry)
Pada induktor terdapat unsur resistansi (R) dan induktif (XL)
jika digunakan sebagai beban sumber tegangan AC. Jika
digunakan sebagai beban sumber tegangan DC, maka hanya
terdapat unsur R saja. Dalam sumber tegangan AC berlaku
rumus :
Z = V / I ...……………......... (2)
Z2 = R2 + XL
2
XL
2 = Z2 – R2
XL = ………........ ( 3 )
Dimana :
Z = Impedansi (W) R = Tahanan (W)
V = Tegangan AC (Volt) XL = Reaktansi induktif (W)
I = Arus (Ampere)
Dari persamaan (2) jika sumber tegangan AC (V) dan arus
(I) diketahui, maka Z dapat dihitung. Dari persamaan (3),
jika R diketahui, maka XL dapat dihitung. Dari persamaan
(1) jika f diketahui, maka L dapat dihitung.

kapasitor 2

Kapasitor
Kapasitor atau kondensator adalah suatu komponen listrik yang
dapat menyimpan muatan listrik. Kapasitas kapasitor diukur
dalam F (Farad) = 10-6 mF (mikro Farad) = 10-9 nF (nano Farad)
= 10-12 pF (piko Farad). Kapasitor elektrolit mempunyai dua
kutub positif dan kutub negatif (bipolar), sedangkan kapasitor
kering misal kapasitor mika, kapasitor kertas tidak
membedakan kutub positif dan kutub negatif (non polar).
Bentuk dan simbol kapasitor dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 13. (a) Kapasitor; (b) Simbol kapasitor
�� + (b)
(a)
22
Gambar 14. Kode Warna pada Kapasitor
Arti kode angka dan huruf pada kapasitor dapat dilihat pada
tabel 2 di bawah .
Tabel 2. Kode Warna pada Kapasitor
Warna Gelang 1
(Angka)
Gelang 2
(Angka)
Gelang 3
(Pengali)
Gelang 4
(Toleransi
)
Gelang 5
(Tegangan
Kerja)
Hitam - 0 1 - - -
Coklat 1 1 10 1 - -
Merah 2 2 102 2 250
V 160 V
Jingga 3 3 103 3 - -
Kuning 4 4 104 4 400
V 200 V
Hijau 5 5 105 5 - -
Biru 6 6 106 6 630
V 220 V
Ungu 7 7 107 7 - -
Abu-abu 8 8 108 8 - -
Putih 9 9 109 9 - -
23
Tabel 3. Kode Angka dan Huruf pada Kapasitor
Kode angka Gelang 1
(Angka
pertama)
Gelang 2
(Angka
kedua)
Gelang 3
(Faktor
pengali)
Kode huruf
(Toleransi
%)
0 - 0 1 B
1 1 1 10 C
2 2 2 102 D
3 3 3 103 F = 1
4 4 4 104 G = 2
5 5 5 105 H = 3
6 6 6 106 J = 5
7 7 7 107 K = 10
8 8 8 108 M = 20
9 9 9 109
Contoh : - kode kapasitor = 562 J 100 V artinya : besarnya
kapasitas = 56 x 102 pF = 5600 pF; besarnya toleransi = 5%;
kemampuan tegangan kerja = 100 Volt.

resistor 2

. Selasa, Agustus 11, 2009



Komponen Dalam Rangkaian Listrik ( Resistor ) - apa yang akan kita bahas kali ini adalah dasar dari Rangkaian listrik, setelah sebelumnya kita bahas mengenai pengukuran tahanan sekarang akan saya ajak untuk membahas lebih mendasar mengenai apa itu resistor, definisi resistor, macam macam resistor, serta parameter - parameternya. Tapi sebelum itu akan kita bahas Definisi dari rangkaian listrik itu sendiri.

Definisi & Macam Komponen Dalam Rangkaian Listrik

Rangkaian listrik adalah suatu kesatuan susunan yang terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Dimana macam dari komponen rangkaian listrik dibagi kedalam 2 janis yaitu :
- Komponen Pasif  ( Resistor, Kapasitor, Induktor )
- Komponen Aktif ( Sumber Arus, Sumber Tegangan )

Karakteristik resistor

Notasi Resistor : R
Satuan Dasar Resistor : Ohm
Simbol Resistor :

Sifat & Cara Kerja Resistor

- Resistor akan bekerja dan akan selalu mendisipasikan energi bila ada arus litrik yang mengalir melalui resistor tersebut, energi akan didisipasikan dalam bentuk panas.
- Resistor yang dirangkai seri akan bersifat sebagai pembagi tegangan
- Resistor yang dirangkai peralel akan bersifat sebagai pembagi arus

Parameter Parameter Resistor

- Definisi Resistansi Resistor : 1. Besar kemampuan resistor untuk menahan arus listrik, 2. Merupakan nilai resistor dalam ohm yang diukur pada temperatur kerja 25 derajat Celcius.
- Definisi Power Rating Resistor : Satuan nilai yang menyatakan daya maksimum yang dapat didisipasi secara Kontinyu sampai temperature 70 derajat Celcius.
- Definisi Toleransi Resistor : Suatu nilai yang menyatakan penyimpangan maksimum yang diperbolehkan / dianggap wajar dari nilai nominal ohm dalam %

Macam Macam Resistor

A. Resistor Tetap :
- Resistor komposisi Karbon
- Metal Film Resistor
- Carbon Film  resistor
- Wire Wolend Resistor

B. Resistor Variable :
- Potensio Putaran Tunggal
- Potensio Putaran Ganda
- Trimpot
- Light Depending Resistor
- Thermistor

Tabel Nilai Kode Warna Resistor

kode warna nilai resistor diatas didasarkan  pada 2 jenis penilaian resistor yaitu 4 pita / gelang resistor dan 5 pita / gelang resistor. ( Tabel Warna Resistor )